Jumat, 15 Mei 2009

MENGGUGAT MORALITAS ELIT BANGSA

Perhelatan lima tahunan (baca : PEMILU) selalu memuculkan riak-riak dan cerita menarik yang terkadang kelihatan lucu bagi masyarakat umum. Saling menghujat, mengklaim akan kesuksesan dalam membangun bangsa, dan cara-cara lain untuk untuk menarik simpati rakyat mereka pertotonkan. Sungguh suatu yang menjenuhkan, berita telivisi, koran dan media lainnya semua mengupas perkembangan perhelatan lima tahunan ini.
Kita tentu dapat melihat begitu giatnya para elit untuk saling melobi satu sama lain untuk membentuk yang mereka namakan koalisi yang sesungguhnya hanya untuk mencapai tujuan mereka yaitu mencapai KEKUASAAN. Tidak jarang ungkapan atas nama rakyat, atas nama umat, atas nama demokrasi mereka kumandangkan padahal jika meniliki dari lakon mereka sesungguhnya yang mereka perjuangkan pasca PEMILU Legislatif adalah kepentingan pragmatis dari kelompok mereka dengan mengabaikan suara-suara konstituen pemilih yang menggantungkan harapan pada pilihannya. Sungguh naif tentunya melihat elit-elit bangsa yang dengan tanpa beban berkata bahwa ini demi umat...! Ini demi rakyat...! Pertanyaanya adalah umat mana dan rakyat mana yang mereka perjuangkan? Bingung....???
Saya juga bingung saudara-saudaraku!!!
Koalisi yang notabene dibentuk atas dasar kesamaan platform menjadi bahasa sehari-hari yang diungkapkan para elit sehingga bagi rakyat kecil apakah PLATFORM itu sejenis harapan baru bagi jawaban masalah kemiskinan yang menggerogoti kehidupan mereka? Tentunya harapan ini tinggal fatamorgana di tengah panasnya gurun luas.
Ah... kasihan bangsa ini dan jutaan rakyat Indonesia yang terjebak di tengah lakon para elit yang sepertinya sudah terbiasa menjual dan menjajakan idealisme mereka, sehingga tentunya bukan hal buruk bagi mereka jika dikatakn PELACUR POLITIK kelas TERI.
Anggapan di atas bukan tanpa alasan tentunya karena kita melihat, bagaimana komunikasi yang bangun para elite hanya dibanguan atas kesamaan tujuan untuk berkuasa dan bagi-bagi jatah kursi kekuasaan dengan mengabaikan rakyat. Hari ini menyatakan mendukung A dan besok ketika ada tawaran menarik kemudian mendukung B, C, D dan seterusnya bahkan mungkin sampai urutan abjad dihabiskan. Moral dan nurani mereka sesungguhnya dimana? Apakah para elit tidak merasakan dan melihat bahwa rakyat tidak butuh manuver-manuver politik akan tetapi mereka butuh kepastian akan jaminan bagi kelangsungan hidup mereka, mengepulkan asap dapur mereka setiap hari, menyekolahkan anak serta penghidupan yang layak mereka?
Rakyat...! Rakyat...! Rakyat...!
Kata apa yang tepat buat para elit bangsa ini?
Buta? Tuli?
Ungkapan apa yang layak buat mereka?
Saatnya kita menggugat.....!!!